Wajib Baca! Pelukan Yang Menyembunyikan Luka
Pelukan yang Menyembunyikan Luka
Alunan piano yang lirih memenuhi ballroom megah. Di tengah keramaian, berdirilah Lin Wei, bagai angsa putih di antara burung-burung merak. Gaun sutra hijaunya memeluk tubuhnya dengan anggun, senyum manis tersungging di bibirnya. Senyum yang sempurna, SENYUM YANG MENIPU. Siapa yang tahu, di balik senyum itu, hatinya hancur berkeping-keping?
Semalam, dia mendengar percakapan itu. Percakapan antara tunangannya, Zhang Hao, dan sahabatnya, Mei Lan. Kata-kata cinta yang seharusnya menjadi miliknya, diucapkan dengan penuh gairah kepada orang lain. Janji suci yang akan mereka ikrarkan lusa, kini berubah menjadi BELATI yang menusuk jantungnya.
Zhang Hao mendekat, matanya berbinar penuh cinta (palsu). Dia mengulurkan tangan, Lin Wei menyambutnya. Tangan itu, tangan yang pernah dia cintai, kini terasa dingin dan asing. Zhang Hao menariknya ke dalam pelukan. PELUKAN YANG BERACUN.
"Wei Wei, kamu terlihat sangat cantik malam ini," bisiknya, napasnya menyapu telinganya.
Lin Wei hanya tersenyum, menahan air mata yang mengancam tumpah. Dia membalas pelukan itu, erat. Bukan pelukan cinta, tapi pelukan perpisahan. Pelukan yang menyembunyikan luka yang menganga.
Pernikahan tetap berjalan. Lin Wei tetap berjalan di altar, dengan senyum yang sama menawannya. Zhang Hao, di hadapannya, tampak gugup namun bahagia. Mei Lan, duduk di barisan depan, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Kasihan? Bangga? Atau mungkin… takut?
Saat tiba gilirannya untuk mengucapkan janji suci, Lin Wei menarik napas dalam-dalam. Dia menatap mata Zhang Hao, mata yang pernah membuatnya jatuh cinta, mata yang kini dipenuhi kebohongan.
"Aku… memaafkanmu," ucapnya lantang. Kata-kata itu bagai bom yang meledak di dalam ballroom.
Tepuk tangan menggema. Semua orang mengira Lin Wei hanya bercanda, bagian dari tradisi pernikahan. Tapi Zhang Hao, dan Mei Lan, tahu yang sebenarnya. Lin Wei tahu segalanya.
Acara resepsi berlanjut dengan lancar. Lin Wei menjadi nyonya rumah yang sempurna, menyambut tamu dengan ramah, menari dengan anggun. Dia tertawa, dia bercanda, dia bersinar. Tapi di balik itu semua, dia merencanakan balas dendam yang manis dan pahit.
Beberapa bulan kemudian, Zhang Hao kehilangan segalanya. Bisnisnya bangkrut, reputasinya hancur, dan Mei Lan meninggalkannya. Dia sendirian, terpuruk dalam penyesalan yang abadi. Tidak ada darah yang tertumpah, tidak ada kekerasan fisik. Hanya penyesalan. Hanya KESENDIRIAN.
Lin Wei menyaksikan kehancuran Zhang Hao dari kejauhan, dengan senyum tipis di bibirnya. Dia tidak merasa bahagia, tidak juga sedih. Hanya hampa. Dia telah membalas dendam, tapi luka di hatinya tidak sembuh.
Dia berbalik, melangkah menjauh, meninggalkan masa lalu di belakang.
Saat matahari terbenam, Lin Wei merenung: cinta dan dendam lahir dari tempat yang sama… HATI.
You Might Also Like: Cari Skincare Aman Ini Dia Yang Teruji